Saya tidak pernah menyangka bahwa keputusan sederhana untuk berangkat umroh akan menjadi pengalaman paling mengubah hidup saya.
Bukan cuma karena saya akhirnya bisa menyentuh Baitullah, tapi karena saya bertemu dengan orang-orang luar biasa yang membimbing saya, sejak dari rumah di Lombok hingga pulang kembali dalam keadaan hati yang jauh lebih tenang. Semua itu terjadi karena saya memilih biro umroh dari Lombok yang tepat—dan saya ingin berbagi cerita ini dengan kamu.
Awal Niat: Ketika Hati Mulai Dipanggil
Saya yakin banyak orang mengalami ini—sebuah rasa rindu yang muncul tanpa aba-aba. Saya tidak tahu dari mana datangnya, tapi beberapa bulan sebelum keberangkatan, saya mulai sering memikirkan Ka’bah, mendengar suara adzan dan langsung meneteskan air mata, serta merasa terpanggil ke Tanah Suci.
Saya mulai berdiskusi dengan keluarga, dan saat itulah muncul satu pertanyaan penting:
Mau berangkat sama siapa?
Karena bagi saya, umroh bukan sekadar soal naik pesawat dan berdoa di tempat suci. Tapi tentang siapa yang akan menemani dan membimbing saya sepanjang perjalanan.
Banyak Pilihan, Tapi Hati Saya Jatuh ke Fitour
Sebagai orang Lombok, saya tahu betul bahwa ada banyak sekali agen travel umroh. Tapi hanya sedikit yang benar-benar dikenal sebagai penyelenggara umroh terpercaya dari Lombok. Dan nama yang paling sering muncul di pembicaraan keluarga, tetangga, bahkan di grup WA pengajian, adalah Fitour International.
Saya mulai mencari tahu lebih dalam. Melihat rekam jejaknya. Membaca testimoni. Dan akhirnya memberanikan diri datang langsung ke kantornya.
Yang saya temui di sana bukan sekadar staf administrasi, tapi orang-orang yang bicara dari hati ke hati.
Saya dijelaskan tentang manasik, tentang alur keberangkatan, apa saja yang perlu disiapkan. Tapi lebih dari itu, saya dibantu untuk meluruskan niat dan dipandu agar perjalanan ini betul-betul menjadi ibadah, bukan hanya agenda spiritual tahunan.
Bimbingan dari Awal Sampai Akhir
Dari awal saya mendaftar sampai keberangkatan, semuanya tertata rapi. Ada grup khusus untuk jamaah, manasik diadakan beberapa kali agar semua peserta paham, dan yang membuat saya sangat bersyukur: perhatian terhadap jamaah lansia sangat luar biasa.
Selama di Madinah dan Mekkah, tim pembimbing dari Fitour tidak hanya “mengantar” tapi benar-benar mendampingi.
Kami diajak ziarah dengan penjelasan sejarah yang menyentuh. Diberikan waktu untuk berdoa sendiri, tapi juga diajak berdiskusi ringan tentang makna ibadah. Tidak ada tekanan. Tidak ada yang diburu waktu. Semua mengalir dalam suasana yang sangat menenangkan.
Saya masih ingat, suatu malam saya menangis di kamar hotel. Bukan karena sedih, tapi karena begitu bersyukurnya bisa berada di sana, dan karena merasa sangat dibimbing dan tidak dibiarkan sendiri.
Biro umroh dari Lombok seperti Fitour tidak hanya mengurus logistik dan jadwal, tapi hadir sebagai teman, pembimbing, dan bahkan seperti keluarga selama perjalanan ini berlangsung.
Jamaah Jadi Keluarga
Yang membuat perjalanan ini makin indah adalah sesama jamaah. Kami datang dari berbagai daerah di NTB—Mataram, Selong, Praya, Taliwang, bahkan ada yang dari Bima. Tapi selama perjalanan, semua terasa seperti satu keluarga besar.
Setiap sarapan kami saling berbagi cerita. Saat menunggu di lobi hotel, ada yang membacakan doa, ada yang bercerita tentang pengalaman spiritualnya. Saya merasa dilingkupi kehangatan yang tulus.
Dan semua itu difasilitasi oleh suasana yang diciptakan Fitour: suasana kebersamaan, saling peduli, dan tanpa batasan usia ataupun latar belakang.
Pulang dengan Hati yang Lebih Bersih
Setelah pulang, hidup saya terasa berubah. Bukan dalam hal materiil, tapi secara batin. Saya lebih ringan menjalani hari. Lebih sabar dalam menghadapi masalah. Dan yang paling penting, saya merasa lebih dekat dengan Allah.
Saya juga jadi lebih semangat mengajak orang tua dan keluarga yang lain untuk segera menunaikan umroh. Karena saya tahu, saya sudah menemukan biro yang bisa dipercaya, yang tahu cara membimbing dengan hati.